Senin, Juni 15, 2009
Menuju Jama’atul Muslimin
Bagian 4 Tabi’at Jalan Menuju Jama’atul Muslimin
Bab III Jama’ah-jama’ah yang aktif di Medan Da’wah Islam
Fasal 1 Perjuangan Islam Setelah Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah
Setelah runtuhnya khilafah utsmaniyah perjuangan dibagi menjadi perjuangan individu (amal fardi) dan perjuangan kolektif (amal jama’i). Perbedaan diantara keduanya adalah dalam perjuangan individu seorang ulama menyeru terbentuknya khilafah Islamiyah melalui khotbah, makalah-makalah, artikel di surat kabar, atau mengarang buku. Namun, seruan tersebut biasanya tidak memiliki jamaah atau organisasi. Berbeda dengan perjuangan individu bahwa dalam perjuangan kolektif seorang ulama islam memimpin kaum muslimin, dilihat dari tujuannya terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:
1. Perjuangan kolektif yang tujuan langsungnya menegakkan khilafah.
2. Perjuangan kolektif yang tujuan langsungnya dakwah social, budaya, dan sufi.
3. Perjuangan kolektif yang sudah bubar, sementara yang lain tetap dapat mempertahankan diri.
Dari kelompok pertama, aliran terbatas, Jamaah Anshar as-Sunnah al-Muhammadiyyah dari aliran salaf, jamaah Tablig dari aliran sufi, dan Hizbut Tahrir dari aliran politik.
Sedangkan dari kelompok kedua, yang berusaha mencakup seluruh aliran tersebut, kita akan mengambil jamaah Ikhwanul Muslimin, karena referensi tentang jamaah ini cukup tersedia di Negara Arab. Selain itu juga karena seluruh Jamaah Islamiyah di dunia Islam terpengaruh oleh Ikhwanul Muslimin serta berjalan sesuai dengan strategi dan pemikirannya. Ikhwanul Muslimin pun merupakan Jamaah Islamiyah yang terbesar, mempunyai aliran totalitas, berusaha memfokuskan tujuan dan kerja keras perjuangan mereka untuk membentuk Jama’atul Muslimin, serta sarana ke arah itu.
Fasal 2 Jamaah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah
A. Berdirinya jamaah ini pada 1345 H/1926 M di Khairo, Kampung Abidin dengan nama Jamaah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah oleh Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi.
B. Struktur organisasi jamaah ini, yaitu memiliki ketua yang dipilih oleh Jam’iyah Umumiyah, strukturnya terdiri dari Ketua, Wakil ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
C. Sarana Jamaah untuk mencapai tujuan yang tertera pada dokumen internal jamaah ini, yaitu:
1. Undangan untuk menghadiri muktamar dalam berbagai kesempatan untuk penyadaran masyarakat.
2. Pemberantasan buta huruf dengan cara membuka kelas-kelas belajar di seluruh cabang dan masjid jamaah, menyiapkan sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SMU untuk meningkatkan kualitas pelajar, membantu para pelajar yang berhak melanjutkan studi, dll
D. Lapangan amal jamaah ini, yaitu lapangan pengabdian dalam bidang agama, budaya, dan social, serta lapangan bantuan social.
E. Sumber-sumber Finansial jamaah ini dari Iuran resmi cabang, donasi, hibah, wasiat dari para dermawan, hasil-hasil ekspor milik jamaah dan subsidi Negara yang diperoleh jamaah.
F. Upaya-upaya terpenting yang dilakukan jamaah, yaitu:
1. Setelah jamaah berdiri di Khairo dan tokohnya menyebar luaskan prinsip-prinsipnya, dakwahnya tersebar kira-kira di 50 cabang
2. Jamaah telah membangun kurang lebih 300 masjid di seluruh wilayah Mesir.
3. Jamaah telah mendirikan sejumlah sekolah Tahfizul Quran dan pemberantasan buta huruf.
4. Jamaah telah menggelar berbagai mukamar Islam dalam kurun waktu yang berbeda dalam rangka momentum tertentu atau hari raya.
G. Jamaah ini dalam pandangan orang lain banyak mendapat kritikan antara lain oleh Dr. Shadiq Amin dalam bukunya Dakwah Islamiyah dan tokoh-tokoh lain yang menjadikan buku itu sebagai rujukan.
H. Kaidah penilaian atas jamaah-jamaah islam, yaitu:
1. Kriteria umum yang menjadi referensi kami dalam penilaian terhadap organisasi-organisasi islam adalah islam. Dengan islam kami tinjau tujuan-tujuannya, sarana-sarana untuk mencapai tujuan, serta pemikiran dan karakteristiknya. Islam adalah salah satunya referensi bagi kaum muslimin ketika terjadi perselisihan dalam urusan mereka.
2. Kami tidak menilai JASM atas dasar prilaku individunya, atau kesalahan yang dilakukan sebagian anggotanya. Penilaian kami dilakukan setelah mengkaji secara menyeluruh tujuan, sarana, serta pemikiran JASM.
I. Penilaian atas jamaah ini
1. Tujuan jamaah yang diumumkan kepada khalayak ramai, yakni tujuan yang mencakup seluruh hukum agama dan tidak terbatas.
2. Gerakan Rosulullah saw dalam dakwahnya, yang harus kita jadikan sebagai pedoman bagi jalan kita setiap kali kita berupaya mengembalikan dan mengarahkan manusia kepada Islam.
Fasal 3 Hizbut Tahrir (HT)
A. HT didirikan di Yordania oleh syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, alumnus al-Azhar. Dia membuka cabang di Lebanon pada 19 syawal 1378 H.
B. Tujuan HT, yaitu memulai kehidupan yang islami, mengemban dakwah islamiyah, dan rekonstruksi masyarakat berdasarkan asas-asas baru serta sesuai dengan Dustur (undang-undang) HT.
C. Sarana-sarana HT, yaitu:
1. Melalui DPR dalam umat,
2. Menyebarluaskan pemikiran-pemikiran yang diadopsi HT melalui buku-buku, brosur, majalah, surat kabar, pidato, diskusi, dan tulisan di media masa lain untuk mengkomunikasikan pemikiran HT kepada umat.
3. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan umum dan khusus untuk memproklamasikan prinsip dan ajaran HT.
4. Mengajukan catatan, buku-buku, atau yang sejenisnya kepada instansi resmi dan yang lainnya untuk menjelaskan pemikiran dan prinsip HT.
5. Mengirim delegasi kepada umat di segala penjuru.
6. Menjalin hubungan, baik umum atau khusus dengan para politisi, penguasa, dan semua pihak yang berhubungan dengan kekuasaan.
7. Menjalin hubungan khusus dan umum dengan semua golongan umat, baik pedagang, industriawan, petani, pegawai, para pemilik modal, serta golongan umat yang lain.
D. Prinsip dan Pemikiran HT tentang berbagai aspek kehidupan, yaitu:
1. Aspek Aqidah
2. Aspek Pengamalan Hukum Islam
3. Aspek Moral dan Pendidikan
4. Aspek Fiqih
5. Aspek Politik
E. Penilaian atas HT, yaitu:
1. Dari sisi tujuan dan sarananya HT memiliki keterbatasan tujuan dan membalik urutan sarana Rosulullah saw untuk mencapai pemerintahan.
2. Dari segi pemikiran HT melakukan penyimpangan dari manhaj rosulullah saw dalam dakwahnya. HT tidak mempunyai fase pembentukan (taqwin), yaitu fase ketika rosulullah saw tinggal di Mekah selama 13 tahun kemudian menghabiskan sisa usianya di Madinah al-Munawwaroh. Tidak adanya fase ini dalam strategi HT mengakibatkan munculnya pemikiran yang menyimpang dari ajaran islam, bahkan dari sunnah kauniyah dan tabiat manusia
Fasal 4 Jamaah Tabliqh (JT)
A. Sekilas tentang jamaah Tabliqh yaitu didirikan oleh Muhammad Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail, bermahzab Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, al-Kandahlawi.
B. Pemikiran dan ajaran JT, yaitu:
1. Keharusan bertaqlid
2. JT menyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan iman,
3. JT tidak memandang perlu nahi munkar, dengan alas an bahwa fase sekarang menurut mereka adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi masuknya kaum muslimin ke dalam jamaah mereka sedangkan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan penghalang bagi fase ini.
4. Mereka tidak memandang keluar dari 6 ajaran yang digariskan Muhammad Ilyas sebagai keluar dari islam, tetapi sebagai keluar dari strategi JT.
5. Mereka melarang anggota JT memperluas ilmu dan mendalami aliran-aliran filsafat yang berkembang dalam masyarakat disekitar mereka.
6. Mereka memisahkan antara agama dan politik.
7. Mereka memandang tidak wajib seorang anggota berdakwah di negeri tempat tinggalnya, namun setiap anggota yang di satu kota tertentu wajib berdakwah di kota lain.
C. Prinsip-prinsip JT di paparkan oleh ustadz Muhammad Aslam bahwa ajaran-ajaran pokok JT dalam 6 prinsip, yaitu:
1. Kaliamah Thaiyyibah: La Ilaha Illa Allah, Muhammadur Rasulullah
2. Mendirikan sholat
3. Ilmu dan Dzikir
4. Memuliakan setiap Muslim
5. Ikhlas
6. Berjuang di jalan Allah
D. Sarana JT dalam meraih tujuan, yaitu:
1. Nasihat dan Ajaran
2. Sarana rihlah (perjalanan) atau siyahah (wisata)
E. Sumber keuangan JT bergantung kepada para anggota yang menyambut dakwah. Setiap orang menanggung sendiri biaya perjalanan pulang pergi, ke tempat yang ditentukan jamaah. Demikian pula biaya makan dan minum. Pada sisi lain ada para dermawan dari anggota JT yang mendanai pertemuan-pertemuan akbar di India dan luar India dan Pakistan setiap tahunnya yang di hadiri oleh para anggota JT dari seluruh dunia.
F. Penilaian atas JT dilihat dari standar penilaian yang terdahulu, yaitu Islam. Aspek-aspek yang akan kita nilai dari JT antara lain:
a. Tujuan JT
b. Prinsip dan ajarannya
c. Sarana dan upayanya untuk mencapai tujuan tersebut
G. Kesimpulan dari tujuan, sasaran, ajaran, dan sarana JT untuk mencapai tujuan telah ditegaskan oleh pembuat Syari’at (ALLAH) Yang Maha Bijaksana, dan telah dijelaskan secara rinci dalam Kitabullah dan Sunnah Rosulullah saw. Setiap individu atau kelompok yang berusaha mengurangi atau menanbahkan tujuan, ajaran, atau sarana, perkaranya tertolak dan amalnya rusak. Sebab, agama Islam telah lengkap dan hukum-hukumnya telah sempurna.
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”(Al-Maidah:3)
Rosulullah saw bersabda:
“Barangsiapa mengada-adakan hal baru dalam urusan kita yang tidak memiliki dasar agama, maka ia tertolak”
Fasal 5 Jamaah Ikhwanul Muslimin (JIM)
A. Sejarah berdirinya Jamaah Ikhwanul Muslimin didirikan pada bulan Dzul Qai’dah 1347 H di kota Isma’iliyah. Pendirian JIM dilakukan setelah pertemuan di kediaman pendiri dan mursyid JIM yang pertama, Hasan Al-Banna, yang dihadiri 6 tokoh yang mendengar dan terkesan dengan Khotbah beliau. Dalam pertemuan tersebut, 7 orang saling membai’at untuk hidup bersaudara dan berjuang untuk Islam.
B. Pendiri JIM adalah Syaikh Hasan bin ahmad bin Abdurrahman al-Banna. Lahir tahun 1906 di Mesir di lingkungan yang islami. Orang tuanya adalah seorang ulama terkemuka di Mesir pada masanya.
C. Struktur organisasi JIMdan penjelasannya, yaitu:
1. Hai’ah Ta’sisiyah (Dewan Pendiri)
Dewan pendiri adalah dewan pemegang kekuasaan tertinggi dalam JIM, dalam organisasi lain setara dengan jam’iyah’umumiyah. Ia adalah Dewan Syura Umum JIM.
2. Mursyid ‘Am
Mursyid ‘Am dipilih oleh dewan pendiri yang dihadiri 4/5 anggotanya, dengan persetujuan ¾ yang hadir. Jika tidak mencapai kuorum, pertemuan ditangguhkan minimal 2 minggu dan maksimal 4 minggu dari pertama. Bila masih belum mencapai kuorum, pertemuan ditangguhkan dengan syarat yang sama; pertemuan yang ditangguhkan tersebut beserta tujuannya harus diumumkan. Pemilihan Mursyid ‘Am dapat dilakukan dalam pertemuan tersebut hanya dengan ¾ yang hadir, berapa pun jumlah mereka.
3. Maktab Irsyad
Maktab Irsyad al-‘Am yang dipilih oleh dewan pendiri terdiri atas 12 orang anggota, dipilih diantara para anggota dewan, kecuali para Mursyid ‘Am. Dalam pemilihan tersebut dipertimbangkan 9 anggota berasal dari Ikhwan khairo, tiga sisanya dari ikhwan daerah lain.
a. Maktab Idari
b. Wilayah
c. Syu’bah
d. Usrah
D. Tujuan JIM seperti yang disebutkan oleh Imam Hasan Al-Banna bahwa secara ringkas tujuan jamaahnya di banyak tempat dari risalahnya, kita akan memaparkannya ditempat yang paling banyak menyebut tujuan tersebut. Dalam penjelasannya tentang rukun amal, yang merupakan rukun ketiga dari rukun-rukun bai’at dalam JIM, Imam Hasan Al-Banna berkata:
“yang saya maksud dengan amal adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki diri sendiri
2. Membina rumah yang islami
3. Membimbing masyarakat
4. Membebaskan negeri dari setiap penguasa asing
5. Memperbaiki pemerintahan
6. Mengembalikan eksistensi internasional bagi umat islam
7. Menjadi guru dunia dengan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjurunya
Tujuan JIM yang pertama adalah membangun pribadi muslim, kemudian menuntut setiap muslim agar membina rumah tangga muslim. Dengan terbentuknya keluarga-keluarga muslim tersebut, berarti JIM telah berjalan pada tujuan yang ketiga, yaitu membina masyarakat muslim. Masyarakat muslim yang mengerti kewajibannya terhadap negerinya, umatnya, dan seluruh umat manusia. Dengan adanya kesadaran akan berbagai kewajiban ini JIM telah melangkah menuju tujuh tujuannya, dengan tahapan yang benar. Tujuan pertama mengantarkan kepada tujuan yang kedua dan demikian seterusnya meski jalan yang harus ditempuh sangat panjang.
E. Sarana JIM untuk mencapai tujuannya telah dijelaskan Hasan Al-Banna secara ringkas dalam tiga hal:
a. Iman yang mendalam
b. Pembentukan yang cermat
c. Amal secara berkesinambungan
F. Rukun bai’at dalam jamaah, diantara jenjang ke anggotaan dalam jamaah ini adalah anggota mujahid. Rukun-rukun bai’at ditujukan kepada para anggota mujahid ini. Mursyid jamaah ini berkata:”Wahai ikhwan yang jujur, rukun bai’at kita ada 10, peliharalah baik-baik.
1. Kefahaman
2. Ikhlas
3. Amal
4. Jihad
5. Pengorbanan
6. Ta’at
7. Keteguhan
8. Tajarrud
9. Persaudaraan
10. Percaya sepenuhnya
G. Karakteristik dakwah khusus ikhwan yang membedakan dari jamaah islamiyah kontemporer lain adalah:
a. Robbaniyah
b. Universal
c. Islamiyah
d. Komprehensif
e. Membebaskan loyalitasnya dari setiap pemerintahan dan partai-partai yang tidak berpijak atas dasar islam.
f. Diantara karakteristik jamaah ini adalah menjauhi wilayah perselisihan fiqih sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbedaan dalam hal furu’ merupakan persoalan yang tidak dapat dielakkan akibat perbedaan akal manusia dalam memahami nash.
g. Menjauhkan diri dari kooptasi para tokoh dan elit
h. Menjauhi partai-partai politik sebab antar-partai politik terdapat pertentangan dan saling permusuhan.
i. Bertahap dalam melangkah sebab jamaah ini berkeyakinan bahwa setiap dakwah harus melalui 3 fase:
1. Fase Pengenalan
2. Fase Pembentukan (taqwin)
3. Fase Pelaksanaan (tanfidz)
Amal yang seharusnya dilakukan oleh anggota jamaah setiap hari, minggu, bulan, tahun, dan sepenjang hayatnya, yaitu:
1. Petunjuk amal siang dan malam
2. Petunjuk amal mingguan
3. Petunjuk amal bulanan
4. Petunjuk amal tahunan
5. Petunjuk amal seumur hidup
j. Karakteristik JIM lainnya adalah sambutan luas para pemuda terhadap dakwah ini.
H. Faktor Keberhasilan dalam Dakwah Ikhwanul Muslimin, yaitu:
a. Karena ikhwan menyeru dengan seruan Allah
b. Karena ikhwan menyerukan fikrah Islam
c. Karena ikhwan mempersembahkan kepada manusia syari’at al-Quran
d. Karena Umat manusia membutuhkan tiga hal diatas. Ketiganya berkaitan dengan kebahagiaan dan kesengsaraan manusia.
I. Sendi-sendi Dakwah menurut JIM tersimpul dalam 3 hal, yaitu: Ilmu, Tarbiyah dan Jihat.
J. Sendi Usrah dalam JIM dibangun diatas tiga sendi, yaitu: Ta’aruf, Tafahum, dan Takaful
K. Kewajiban dan Syarat anggota JIM berbeda-beda sesuai dengan tingkat anggota dikalangan mereka. Kewajiban yang khusus diperuntukan bagi anggota mujahid, JIM mengisyaratkan dengan kata-kata:”Inilah risalahku kepada ikhwan mujahidin dari Ikhwanul Muslimin”. Kemudian dikatakan, ditujukan kepada anggota JIM ini:”Sesungguhnya kepercayaan kamu kepada bai’at ini mewajibkan kamu melaksanakan seluruh kewajiban ini sehingga kamu menjadi suatu sendi yang kuat dalam bangunan ini”.
L. Usaha JIM ada 4, yaitu: dalam bidang Sosial, Pertanian, Olahraga, dan Kepanduan.
M. Al-Ikhwan dan Politik setelah JIM mengalami berbagai perseteruan politik yang besar dan berliku-liku dengan pemerintahan Mesir sejak tahun 1355 H sampai masa kita sekarang seperti yang disinyalir al-Husaini dengan mengatakan:”Pada tahun 1355 H /1936 M, al-Banna mengirim surat kepada Raja Faruq dan raja-raja dunia Islam”.
N. Penilaian atas JIM, yaitu:
1. bahwa JIM telah menjadikan al-Kitab, as-Sunnah, dan salafu saleh sebagai rujukan utamanya
2. Bahwa dibandingkan dengan jamaah Islam yang lain, JIM mempuyai kelebihan karena ia memperjuangkan seluruh ajaran Islami.
3. JIM adalah jamaah yang senantiasa berkembang dalam strategi amaliahnya.
4. JIM adalah jamaah yang dari tujuan-tujuannya tampak jelas keterkaitannya dengan Islam.
5. Kendati JIM memiliki sifat-sifat terpuji, ia tetap merupakan sekumpulan orang yang tunduk, dalam segala strategi dan ijtihadnya, kepada sifat-siifat manusia yang serba terbatas, lemah dan biasa salah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri atau tertimpa bencana yang lebih besar dari itu kecuali akan tercatat baginya dengan bencana itu satu peningkatan derajat serta akan dihapuskan dari dirinya satu dosa kesalahan. (Shahih Muslim No.4664)
Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan hukuman dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian." (HR Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).
Tidaklah beriman orang yang berzina tatkala ia berzina, tidaklah beriman orang yang minum khamr tatkala ia meminumnya dan tidaklah beriman orang yang mencuri ketika ia mencuri… (HR. Bukhari Muslim).
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri atau tertimpa bencana yang lebih besar dari itu kecuali akan tercatat baginya dengan bencana itu satu peningkatan derajat serta akan dihapuskan dari dirinya satu dosa kesalahan. (Shahih Muslim No.4664)
Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad Saw beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah akan menurunkan hukuman dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian." (HR Tirmidzi, beliau berkata: hadits ini hasan).
Tidaklah beriman orang yang berzina tatkala ia berzina, tidaklah beriman orang yang minum khamr tatkala ia meminumnya dan tidaklah beriman orang yang mencuri ketika ia mencuri… (HR. Bukhari Muslim).
Animated, Flash Greeting Cards
“Katakanlah, ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah mengetahui.’...” (Ali Imran: 29)
Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala) apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’” (Muttafaq alaihi)
Ibnu Mas’ud r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Kejujuran mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sedangkan kebohongan, mengantarkan pada kedurhakaan, dan kedurhakaan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berkata bohong akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.” (Muttafaq 'alaih)
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushilat: 53)
Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala) apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’” (Muttafaq alaihi)
Ibnu Mas’ud r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Kejujuran mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sedangkan kebohongan, mengantarkan pada kedurhakaan, dan kedurhakaan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berkata bohong akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.” (Muttafaq 'alaih)
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushilat: 53)
0 komentar:
Posting Komentar